Sajak joki tobing untuk biduri.
Dengan latar belakang gubuk-gubuk karton,
aku terkenal akan wajahmu.
Di atas debu kemiskinan,
aku berdiri menghadapmu.
Usaplah wajahku biduri.
Mimpi remajaku gugur
di atas padang pengangguran.
Ciliwung keruh,
wajah-wajah nelayan keruh.
Lalu munculah rambutmu yang bergebaran.
Kemiskinan dan kelaparan
membangkitkan keangkuhanmu.
Wajah indah dan rambutmu
menjadi pelangi di cakra walaku.
Sajak biduri untuk joki tobing.
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai joki tobing,
kuseru kamu karena wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai joki tobing,
kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam nafasmu.
Dari biskota ke biskota,
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumau.
Dan perlahan tersirap darah kita
melihat sekuntung bunga telah mekar
dari puingan masa
yang putus asa.