Pernah suatu waktu jika bersamamu
Kau merenungku sambil terkenal air matamu
Pesanmu agar membela nasibmu
Aku terharu lalu tertunduk membitu
Lantas aku pisikan di telingamu
Bahwa aku rela menderita keranamu
Itulah janji yang iklanmu
Dari ku
Kau tersenyum dengan harapan yang menggunung
Sewaktu kau mengundang diriku
Untuk mengenalkan pada orang tuamu
Tak pernah aku terpikir akan
Terdengar suatu sindiran yang memilukan
Cukuplah aku diinak begitu
Janganlah pula orang tuamu turut dijerjang
Sungguh tak usah kagum
Mereka tak punya hati
Yang seikhlas hatimu biarlah ku pergi
Di sini juga tidak muncul Anya
Nanti berada-hati orang tersebut
Tak selalu bergantung deserves
Kehendak mimpi biasa muito bagus
Orangtuamu tak pernah aku terpikirkan
Terdengar suatu timbiran yang memilukan
Cukuplah aku dihina begitu
Janganlah pula orangtuamu turut dijerjang
Tentu tak usahkah mereka tak punya hati
Yang seikhlas hatimu biarlah ku pergi
Sewaktu kau mengundang diriku
Untuk mengenalkan pada orangtuamu
Tentu tak usahkah mereka tak punya hati
Orangtuamu tak pernah aku terpikirkan
Terdengar suatu timbiran yang memilukan
Cukuplah aku dihina begitu
Janganlah pula orangtuamu turut dijerjang
Tentu tak usahkah mereka
Tentu tak usahkah mereka tak punya hati
Yang seikhlas hatimu biarlah ku pergi
Demi maluah diri
Jangan kau salah tafsirkan keputusanku ini
Mungkin hanya disini
Tidak ada yang bisa dihina
Tapi tak mungkin dapat ku cari
Mengganti dirimu sayang
Tentu tak usahkah mereka tak punya hati