Paman Doblang.
Paman Doblang, Paman Doblang.
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu,
tanpa lubang cahaya,
pengap.
Ada hawa,
tak ada angkasa,
terkucil temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci,
tak tahu kapan pintu akan terbuka.
Kamu tak tahu di mana berada.
Paman Doblang,
Paman Doblang,
apa katamu?
Ketika haus,
aku minum air dari kaleng karatan.
Sambil bersilah,
aku mengarungi waktu.
Lepas dari jam,
dari hari dan bulan.
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk,
tidak berupa,
tidak bernama.
Aku istirah di sini,
tenaga gaib
memupuk jiwaku.
Paman Doblang,
Paman Doblang,
di setiap jalan menghadang Mastodon dan Serigala,
kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pangeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan tanpa pengadilan.
Paman Doblang, Paman Doblang,
bubur di piring timah,
didorong dengan kaki ke depanmu.
Paman Doblang,
apa katamu?
Kesadaran adalah matahari,
kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakrawala dan
perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.