Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali,
kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah
Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
Dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan
Terbakar matahari Seperti didengar lagi gerib daun pintu bambu
Lenguh sepi perahan dan anak-anak angsa bermain di halaman
Apa yang dibayangkan
tentang Jakarta Ternyata sangatlah
jauh berbeda
Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara berlahan padam
Kini ia tidur telentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya
Yang masih tersisa
Ingin
ditulis sepucuk surat buat istrinya Bahwa
di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah
Dan ia ingin kembali
Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerah
Meski badai melanda ia terus melangkah
Ada sepotong doa
tersimpan di saku
Kedangan merah jingga memaksanya bertahan
Đang Cập Nhật
Đang Cập Nhật
Đang Cập Nhật